Thursday, January 24, 2019

Ogoh-ogoh 2018| Sinopsis Ogoh-ogoh Br Bukit Buwung dengan judul "Tenung Gana"


Berikut adalah penggalan kisah yang diangkat menjadi ogoh-ogoh karya ST. Yowana Satya Dharma dari banjar Bukit Buwung, Kesiman, Denpasar dengan judul “Tenung Gana”

Ketika dewi uma berada di Gunung Maha Meru dengan Dewa Siwa berpura-pura sakit untuk mengetahui seberapa kesetiaan dewi uma. Dewa Siwa mengutus Dewi Uma untuk mencari susu Lembu, dalam pencariannya Dewi Uma menemukan orang yang mengembalakan lembu yang tidak lain adalah Dewa Siwa yang sedang menyamar. Dewi Uma mendekati pengembala lembu dan memohon belas kasihan agar pengembala bersedia memberikan secangkir susu, namun si Pengembala menolak untuk memberikan kecuali dengan satu syarat, yaitu Dewi Uma bersedia bersenggama dengan si pengembala.Dewi uma menolaknya, namun karena teringat dengan ikrar janji akan melakukan apapun untuk Dewa Siwa, Dewi Uma pun menyetujuinya tetapi hanya bersedia di jamah di bagian kaki.

Ketika sudah mendapatkan air susu lembu dan kembali ke kahyangan untuk menyerahkan kepada Dewa Siwa, Dewi Uma melakukan kebohongan. Ia tidak menyebutkan dari mana asal muasal lembu itu diperolehnya. Dewa Siwa mengetahui asal muasal Dewi Uma mendapatkan air susu lembu itu, kemudian mengutus putranya Bhatara Gana untuk meramal asal muasal susu lembu tsb, menggunakan pustaka tenung Aji Wariga. Dengan pustaka itu Bhatara Gana membeberkan kebohongan yang dilakukan ibunya. Medengar penjelasan dari Bhatara Gana seketika ilmu tenung Aji Wariga dilenyapkan menjadi abu oleh api kemarahan Dewi Uma, akan tetapi dengan sigap Bhatara Gana menyalin kembali pustaka yang dibakar tersebut sebagaimana aslinya.

Melihat ulah Dewi Uma yang telah berani membakar tenung aji Wariga dan berusaha berbohong dalam memperoleh air susu lembu, menimbulkan kemarahan bagi Dewa Siwa. Saat itulah Dewa Siwa mengutuk Dewi Uma turun ke dunia menjelma menjadi Dewi Dhurga. Dewa Siwa menyampaikan ajaran Pustaka Indraloka kalau Dewi Uma mempunyai prilaku buruk maka sebaiknya turun ke dunia menjadi penghuni kuburan dan disembah oleh semua manusia dan berstana di Pura Dalem. Dewi Dhurga bersama pengikutnya 108 Bhuta-Bhuti ditugaskan untuk menyebarkan wabah penyakit kepada manusia dan kepada binatang peliharaannya pada bulan Kasa sampai Sada dengan berbagai jenis penyakit, menciptakan kekeringan, dan bencana di dunia. Akan tetapi yang menjadi sasaran utama adalah manusia yang lupa untuk berbakti kepada tuhan dan alam.

Penyakit dan segala kebencanaan yang diciptakan oleh Dewi Dhurga dan pengikutnya bertujuan untuk menyadarkan manusia untuk selalu ingat dan berbakti kepada tuhan, sebagai cara untuk mengurangi gangguan yang ditimbulkan, maka dilakukan persembahan Bhuta Yadnya. Selain itu Dewa Siwa juga mengingatkan bila manusia telah menghanturkan caru berupa segehan agung untuk memohon ampun, hendaknya Dewi juga memaafkan dengan memerintahkan kepada semua pasukan Bhuta-Bhuti untuk menghentikan penyebaran penyakit.

Sumber : Br. Bukit Buwung

1 comment: