Berikut
adalah penggalan kisah yang diangkat menjadi ogoh-ogoh karya ST. Yowana Satya
Dharma dari banjar Bukit Buwung, Kesiman, Denpasar dengan judul “Tenung Gana”
Ketika dewi
uma berada di Gunung Maha Meru dengan Dewa Siwa berpura-pura sakit untuk
mengetahui seberapa kesetiaan dewi uma. Dewa Siwa mengutus Dewi Uma untuk
mencari susu Lembu, dalam pencariannya Dewi Uma menemukan orang yang
mengembalakan lembu yang tidak lain adalah Dewa Siwa yang sedang menyamar. Dewi
Uma mendekati pengembala lembu dan memohon belas kasihan agar pengembala
bersedia memberikan secangkir susu, namun si Pengembala menolak untuk
memberikan kecuali dengan satu syarat, yaitu Dewi Uma bersedia bersenggama
dengan si pengembala.Dewi uma menolaknya, namun karena teringat dengan ikrar
janji akan melakukan apapun untuk Dewa Siwa, Dewi Uma pun menyetujuinya tetapi
hanya bersedia di jamah di bagian kaki.
Ketika
sudah mendapatkan air susu lembu dan kembali ke kahyangan untuk menyerahkan
kepada Dewa Siwa, Dewi Uma melakukan kebohongan. Ia tidak menyebutkan dari mana
asal muasal lembu itu diperolehnya. Dewa Siwa mengetahui asal muasal Dewi Uma
mendapatkan air susu lembu itu, kemudian mengutus putranya Bhatara Gana untuk
meramal asal muasal susu lembu tsb, menggunakan pustaka tenung Aji Wariga.
Dengan pustaka itu Bhatara Gana membeberkan kebohongan yang dilakukan ibunya.
Medengar penjelasan dari Bhatara Gana seketika ilmu tenung Aji Wariga
dilenyapkan menjadi abu oleh api kemarahan Dewi Uma, akan tetapi dengan sigap
Bhatara Gana menyalin kembali pustaka yang dibakar tersebut sebagaimana
aslinya.
Melihat
ulah Dewi Uma yang telah berani membakar tenung aji Wariga dan berusaha
berbohong dalam memperoleh air susu lembu, menimbulkan kemarahan bagi Dewa
Siwa. Saat itulah Dewa Siwa mengutuk Dewi Uma turun ke dunia menjelma menjadi
Dewi Dhurga. Dewa Siwa menyampaikan ajaran Pustaka Indraloka kalau Dewi Uma
mempunyai prilaku buruk maka sebaiknya turun ke dunia menjadi penghuni kuburan
dan disembah oleh semua manusia dan berstana di Pura Dalem. Dewi Dhurga bersama
pengikutnya 108 Bhuta-Bhuti ditugaskan untuk menyebarkan wabah penyakit kepada
manusia dan kepada binatang peliharaannya pada bulan Kasa sampai Sada dengan
berbagai jenis penyakit, menciptakan kekeringan, dan bencana di dunia. Akan
tetapi yang menjadi sasaran utama adalah manusia yang lupa untuk berbakti
kepada tuhan dan alam.
Penyakit
dan segala kebencanaan yang diciptakan oleh Dewi Dhurga dan pengikutnya bertujuan
untuk menyadarkan manusia untuk selalu ingat dan berbakti kepada tuhan, sebagai
cara untuk mengurangi gangguan yang ditimbulkan, maka dilakukan persembahan
Bhuta Yadnya. Selain itu Dewa Siwa juga mengingatkan bila manusia telah
menghanturkan caru berupa segehan agung untuk memohon ampun, hendaknya Dewi
juga memaafkan dengan memerintahkan kepada semua pasukan Bhuta-Bhuti untuk
menghentikan penyebaran penyakit.
Sumber :
Br. Bukit Buwung
Ntaps
ReplyDelete